Judul : Serem gan, Tumbal Dua Sahabat di Bukit Kuntilanak (2), isaku-ikisu
link : Serem gan, Tumbal Dua Sahabat di Bukit Kuntilanak (2), isaku-ikisu
Serem gan, Tumbal Dua Sahabat di Bukit Kuntilanak (2), isaku-ikisu
Setelah membakar semua alat ritual, Pak Eko Purjianto bersila dan mengajak semua anggota, untuk bersila di dalam tenda, mengikuti apa yang dilakukannya. Muka kami semua menghadap ke Bukit Kuntilanak dan semua berdoa, membaca mantra-mantra melayu yang sudah dibekalinya sejak kami masih di Jakarta.
Semua terdiam dan berkonsentrasi mengikuti petunjuk Pak Eko sambil membaca mantra dengan konsentrasi penuh. Setelah kurang lebih tiga puluh menit bersila dan baca mantra, tiba-tiba botol apel jin bergoyang dan asap bereaksi, berputar di dalam tenda, asap itu memenuhi tenda dan hidup terasa sesak.
Bau kemenyan, madat Turki dan parfum Elizabeth Arden yang dibakar dengan alat aroma teraphy, kami tetap tidak bergeming. Beberapa saat kemudian, terdengar suara gemuruh dari Bukit Kuntilanak. Bersamaan dengan suara itu, terdengar suara wanita cekikikan, tertawa terpingkal-pingkal dan berteriak memekakkan telinga.
Pada saat yang sama, Pak Eko Purjianto mengakhiri berdiam sekalian mengakhiri silanya. Dia menedukkan kedua tangannya, memberi aba-aba bahwa kami harus berhenti membaca mantra. Secara serempak berbarengan, kami menegakkan kepala kami semua, menyelesaikan sila itu. Berhenti membaca mantra.
Pak Eko Purjianto lalu mengajak kami berdiri, lalu keluar tenda dengan masing-masing memegang senter. Aku mengeluarkan kameraku lalu memposisikan on untuk siap merekam. Begitu kami keluar tenda dan menyorot sumber suara, ya Tuhan, di sana aku melihat sesuatu pemandangan yang maha dahsyat. Enam orang gadis yang cantik, berbadan tinggi dan seksi, sensual dengan tatapan mata yang begitu indah. Mereka semua melambaikan tangan kepada kami dan meminta kami mendekat.
"Man kita mendekat, kita semua naik ke bukit itu," cetus Pak Eko Purjianto.
Kami semua beranjak mendekat wanita-wanita cantik itu. Paling depan, Pak Eko, lalu di ikuti Yono, Harun dan Sandy. Sedangkan aku, yang merinding karena takut, berjalan paling belakang. Dengan hati-hati, aku menaiki tanah perbukitan yang terjal itu, sambil menenteng kamera dan memegang senter.
Setelah berpelukan dengan Ratu Kuntilanak yang berdiri paling depan, Pak Eko lalu memperkenalkan kami dengan bahasa Urdiu, bahasa yang tidak kami mengerti sama sekali. Bahasa ini adalah bahasa bangsa Kuntilanak yang sangat umum dilakukan oleh paranormal seperti Pak Eko.
Setelah semua menjabat tangan kuntilanak itu, giliran aku mengulurkan tanganku untuk jabatan. Aku memegang tangan kanan Ratu Kuntilanak itu dan Sang Ratu lalu rnemelukku dengan erat. Tubuhnya sangat wangi dan daging tubuhnya sangat lembut seperti kapas. Setelah berpelukan dengan Sang Ratu, aku memeluk dayang-dayangnya yang semua bertubuh wangi, rnirip bau parfum possesion ada pula yang berbau postioning.
Setelah bernegosiasi tentang harta karun yang ada di perut bukit itu, lalu Pak Eko diperkenankan membawa harta berbentuk emas batangan itu pergi. Tetapi, di luar dugaanku, dua orang anggota tim, ternyata ditumbalkan oleh Pak Eko, dua anggota tim kami raib, ditinggal di bukit itu dan hingga sekarang aku tidak tahu nasibnya bagaimana.
Dua tumbal itu adalah Sandy dan Yono yang bertubuh besar. Mereka raib bersama dengan raibnya rombongan kuntilanak yang dipimpin oleh Sang Ratu itu. "Mereka menjadi dayang-dayang lelaki di dalam Istana Kuntilanak di Bukit Kuntilanak, Hutan Saporo itu," ungkap Pak Eko Purjianto, saat aku mempertanyakan tentang dua sahabat kami itu, saat kami membawa dua karung emas 24 karat di dalam speedboat kembali ke Sanga-sanga.
Aku mendapat bagian emas, yang aku uangkan menjadi beberapa ratus juta. Namun yang paling besar mendapatkan jatah adalah istri dan anak-anak Yono dan istri serta anak-anak Sandy. Dua orang yang telah ditumbalkan oleh Pak Eko Purjianto.
Setelah berbagi-bagi hasil ritual gaib itu, aku lalu menemui keluarga Yono dan Sandy. Istri Yono tinggal di Karang Tengah, Cileduk, Banten, sedangkan istri Sandy tinggal di Pondok Kopi, Jakarta Timur.
Yang membuat aku terhenyak, ternyata istri Sandy, Manana dan istri Yono, Nurjanah, semua sudah tahu bahwa suami mereka akan menjadi tumbal. Mereka semua sudah diberitahu oleh Pak Eko bahwa dua sahabatku itu, akan ditumbalkan di Bukit Kuntilanak.
"Aku sudah diberi tahu oleh Pak Eko bahwa suamiku, ayah anak-anak akan jadi tumbal. Suamiku itu hidupnya bersenang senang sendiri selama ini, tidak pernah memikirkan anak-anaknya, bahkan biaya hidup serta biaya pendidikan anak-anak, disuruhnya aku yang jungkir balik mencari. Sementara dia santai-santai saja bersama banyak wanita malam. Maka itu, waktu pak Eko minta, aku kasih saja suamiku menjadi tumbal, asal hasil dari ritual harta karun itu didepositokan buat anak-anakku," cerita Manana, istri Sandy, kepadaku.
Mendengar cerita tumbal itu, aku terdiam lama dan tak bisa bicara apa-apa lagi. Begitu juga dengan Nurjanah, istri Yono, demi pendidikan anak-anaknya, dia rela suaminya menjadi tumbal pencarian harta karun. Hatiku sedih saat parnit pulang dan aku berjanji dalam hati, aku tidak akan ikut ritual lagi.
Aku sudah percaya adanya Kuntilanak dan eksistensi makhluk gaib, percaya pula tentang adanya harta karun yang dikuasai oleh mereka. Tetapi, dua sahabatku yang jadi tumbal, diapakan oleh mereka? Disembelih, dagingnya dimakan atau apa?
Tanyaku kepada paranormal lain, yang punya keahlian yang sama dengan pak Eko Purjianto. Katanya, dua sahabat ku itu tidak dimakan, tidak juga dibunuh. Mereka hanya raib dan menjadi abdi dalem ratu di istana gaib bangsa kuntilanak di Bukit Kuntilanak. Walau begitu, hatiku tetap berduka mensiasati dua teman ini, sangat sedih kehilangan mereka, yang sama bersusah payah merintis jalan menuju kesuksesan ritual itu.
Karena kasihan kepada dua teman ini, di mana hatiku sangat terguncang oleh dua teman ini, maka aku membatalkan untuk menayangkan film itu ke televisi. Bahkan semua gambar aku hapus sebagai solidaritas kepada dua sahabat yang jadi tumbal di Bukit Kuntilanak. Duh Gusti..
Oleh : Henny Nawani
Demikianlah Artikel Serem gan, Tumbal Dua Sahabat di Bukit Kuntilanak (2), isaku-ikisu
Sekianlah artikel Serem gan, Tumbal Dua Sahabat di Bukit Kuntilanak (2), isaku-ikisu kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Serem gan, Tumbal Dua Sahabat di Bukit Kuntilanak (2), isaku-ikisu dengan alamat link https://isaku-ikisu.blogspot.com/2015/10/serem-gan-tumbal-dua-sahabat-di-bukit.html
0 Response to " Serem gan, Tumbal Dua Sahabat di Bukit Kuntilanak (2), isaku-ikisu "
Post a Comment