Judul : Sejarah Para samurai (Bagian 1), isaku-ikisu
link : Sejarah Para samurai (Bagian 1), isaku-ikisu
Sejarah Para samurai (Bagian 1), isaku-ikisu
samurai dengan Armor mereka |
Samurai (??) Adalah bangsawan militer dan pejabat Jepang abad pertengahan dan awal-modern. Dalam bahasa Jepang, mereka biasanya disebut sebagai Bushi (???, [Bu.?i]) atau Buke (? ??). Menurut penerjemah William Scott Wilson: samurai berarti "mereka yang melayani dan dekat dengan bangsawan", Menurut Wilson, referensi awal untuk kata "samurai" muncul di Kokin Wakashu (905- 914), yaitu kumpulan puisi kekaisaran jepang.
Pada akhir abad ke-12, samurai menjadi hampir seluruhnya dianggap kelas menengah keatas dari kelas ksatria. Samurai biasanya berhubungan dengan klan dan tuan mereka, yang dilatih sebagai perwira di bagian militer, dan mereka mengikuti seperangkat aturan yang kemudian dikenal sebagai Bushido. Walau begitu jumlah samurai saat itu kurang dari 10% dari populasi warga Jepang, artinya tak semua orang bisa jadi samurai, dan ajaran mereka masih dapat ditemukan hari ini di kehidupan sehari-hari dan dalam seni bela diri Jepang modern. Sejak masa kanak-kanak, Samurai di latih untuk memiliki disiplin dan rasa tanggung jawab yang kuat, ditempa dengan bebagai penghinaan, diajari melawan rasa takut, rasa sakit dan terutama kematian.
Kemunculan samurai dimulai Setelah Pertempuran Hakusukinoe melawan dinasti tang dari Cina pada 663 AD yang menyebabkan mundur nya Jepang dari Korea, Jepang mengalami reformasi luas. Salah satu yang paling penting adalah Reformasi yang dikeluarkan oleh Pangeran Naka no Oe (Kaisar Tenji) pada 646 AD. Maklumat ini memungkinkan aristokrasi Jepang untuk mengadopsi struktur politik dinasti Tang, birokrasi, budaya, agama, dan filsafat. Kepada penduduk secara teratur dilakukan sensus, dan melakukan wajib militer nasional. Kaisar Mommu memperkenalkan hukum dimana 1 dari 3-4 laki-laki dewasa direkrut menjadi militer nasional. dan sebagai imbalannya dibebaskan dari tugas dan pajak. Ini adalah salah satu upaya pemerintah Imperial jepang untuk membentuk pasukan terorganisir meniru kekaisaran Cina. disebut "Gundan-Sei" (? ? ?).
Hingga Pada periode Heian awal, 8-an dan awal abad ke-9, Kaisar Kammu berusaha untuk mengkonsolidasikan dan memperluas kekuasaannya di Honshu utara, tetapi tentara yang ia kirim untuk menaklukkan para pemberontak tidak memiliki motivasi dan disiplin, dan gagal dalam tugas mereka. Kaisar Kammu pun kemudian memperkenalkan sei'i-taishogun (? ? ? ??) atau Shogun, dan mulai bergantung pada klan daerah yang kuat untuk menaklukkan para pemberontak. mereka terampil dalam bertempur dan panahan (kyudo), klan prajurit ini menjadi alat yang disukai Kaisar untuk memupus pemberontakan. Mereka inilah cikal bakal dari para "Shogun" yang nantinya menguasai jepang hingga era meiji, dan awalnya para shogun ini bukanlah kekuatan politik sampai abad ke-13. Pada saat itu kekaisaran hanya menganggap mereka bagian dari militer di bawah kendali kekaisaran.
Hingga Pada periode Heian awal, 8-an dan awal abad ke-9, Kaisar Kammu berusaha untuk mengkonsolidasikan dan memperluas kekuasaannya di Honshu utara, tetapi tentara yang ia kirim untuk menaklukkan para pemberontak tidak memiliki motivasi dan disiplin, dan gagal dalam tugas mereka. Kaisar Kammu pun kemudian memperkenalkan sei'i-taishogun (? ? ? ??) atau Shogun, dan mulai bergantung pada klan daerah yang kuat untuk menaklukkan para pemberontak. mereka terampil dalam bertempur dan panahan (kyudo), klan prajurit ini menjadi alat yang disukai Kaisar untuk memupus pemberontakan. Mereka inilah cikal bakal dari para "Shogun" yang nantinya menguasai jepang hingga era meiji, dan awalnya para shogun ini bukanlah kekuatan politik sampai abad ke-13. Pada saat itu kekaisaran hanya menganggap mereka bagian dari militer di bawah kendali kekaisaran.
Anehnya Kaisar Kammu justru kemudian membubarkan tentaranya dan bergantung dengan para samurai ini, hingga kekuasaan Kaisar secara bertahap pun menurun. Sementara Kaisar masih berkuasa, beberapa klan kuat di sekitar Kyoto dengan berani meminta posisi sebagai menteri, dan kerabat mereka juga turut membeli posisi sebagai hakim kepada kaisar. Untuk mengumpulkan kekayaan dan membayar utang mereka, hakim ini sering mengenakan pajak berat pada rakyat, sehingga banyak petani jatuh miskin, akibatnya juga muncul Beberapa klan lain yang dibentuk oleh para petani yang awalnya mengangkat senjata untuk melindungi diri dari kerajaan dan juga membentuk aliansi sendiri untuk melindungi diri terhadap klan yang lebih kuat, dan pada periode pertengahan Heian setiap klan telah mengadopsi armor dan senjata sendiri, dan meletakkan dasar-dasar Bushido, kode etik mereka. Selain itu Melalui perjanjian untuk saling melindungi dan pernikahan politik, para samurai ini menyatukan kekuatan politiknya, akhirnya melebihi aristokrasi tradisional, kaisar pun kehilangan wibawanya olah para klan ini.
Setelah perang Genpei dari akhir abad ke-12, pemimpin klan Minamoto no Yoritomo memperoleh hak untuk menunjuk serta mengatur tentara dan polisi, dan untuk mengumpulkan sejumlah pajak. Awalnya, tanggung jawab mereka dibatasi untuk menangkap pemberontak dan mengumpulkan sejumlah tentara yang dibutuhkan, dan mereka dilarang mengganggu Kokushi Gubernur, namun tanggung jawab mereka secara bertahap diperluas dan dengan demikian kasta samurai muncul sebagai kekuatan yang berkuasa politik di Jepang.
Meskipun awalnya kaisar mengirim mereka ke daerah-daerah provinsi untuk jangka empat tahun tetap sebagai hakim, mereka kemudian banyak menolak untuk kembali ke ibukota saat jabatan mereka berakhir, dan anak-anak mereka mewarisi posisi mereka dan terus memimpin klan dan melakukan pemberontakan di seluruh Jepang selama periode Heian . Karena meningkatnya kekuatan militer dan ekonomi mereka, para hakim dari kasta samurai akhirnya menjadi kekuatan baru dalam politik. Hingga para hakim ini saling berebut kekusaan dengan hakim dari daerah lain, klan ini pun berperang satu sama lain dalam Pemberontakan Heiji pada 1160.
Meskipun awalnya kaisar mengirim mereka ke daerah-daerah provinsi untuk jangka empat tahun tetap sebagai hakim, mereka kemudian banyak menolak untuk kembali ke ibukota saat jabatan mereka berakhir, dan anak-anak mereka mewarisi posisi mereka dan terus memimpin klan dan melakukan pemberontakan di seluruh Jepang selama periode Heian . Karena meningkatnya kekuatan militer dan ekonomi mereka, para hakim dari kasta samurai akhirnya menjadi kekuatan baru dalam politik. Hingga para hakim ini saling berebut kekusaan dengan hakim dari daerah lain, klan ini pun berperang satu sama lain dalam Pemberontakan Heiji pada 1160.
Pemenang perang antar klan ini , Klan taira yang dipimpin Taira no Kiyomori, menjadi penasihat kerajaan, dan menjadi prajurit pertama untuk mencapai posisi tersebut. Dia juga akhirnya merebut kekuasaan pemerintah pusat dari kaisar, samurai mendominasi pemerintahan untuk pertamakalinya dan membuat Kaisar hanya sebagai boneka pemerintahan.
Klan Taira dan Minamoto bentrok lagi pada tahun 1180, memulai Perang Gempei yang berakhir pada 1185. klan Minamoto no Yoritomo kembali kepucuk kekuasaan ia melanjutkan keunggulan samurai atas aristokrasi. Pada 1190 ia mengunjungi Kyoto dan di 1192 menjadi Sei'i-taishogun, mendirikan Keshogunan Kamakura, atau Kamakura Bakufu dan ia menjadi orang yang pertama yang membuat shogun aktif secara politik. Alih-alih memerintah dari Kyoto, ia mendirikan Shogun di Kamakura, dekat markasnya. "Bakufu" berarti "tenda pemerintah", diambil dari kata perkemahan para tentara, sesuai dengan status bakufu sebagai pemerintah militer.
Berbagai klan samurai berjuang berebut kekuasaan selama era Kamakura dan keshogunan Ashikaga. Zen Buddhisme juga menyebar di kalangan samurai di abad ke-13 dan membantu membentuk standar perilaku mereka, terutama mengatasi rasa takut akan kematian dan pembunuhan, hingga buddhisme mereka pun berbeda dengan budhisme masyarakat jepang pada umumnya.
Namun selama Keshogunan Tokugawa dimana jepang disatukan paksa oleh keshogunan ini, para samurai lebih banyak menjadi pejabat istana, birokrat, dan administrator daripada prajurit. Dengan tidak banyak terlibat perang sejak awal abad ke-17, samurai secara bertahap kehilangan fungsi militer mereka selama era Tokugawa (juga disebut periode Edo). Pada akhir era Tokugawa, samurai yang menjabat sebagai birokrat disebut daimyo, pedang panjang dan pendek (katana dan wakizashi) yang mereka bawa kemana-mana menjadi tak lebih dari lambang simbolis kekuasaan dari pada senjata yang digunakan dalam pertempuran. Namun Mereka masih memiliki hak hukum untuk menebas setiap rakyat biasa yang tidak menunjukkan rasa hormat pada mereka, hal ini disebut gomen kiri-sute (? ? ? ? ? ??), Tapi sampai sejauh mana hak ini digunakan tidak diketahui. Hingga akibatnya pemerintah pusat memaksa daimyos untuk mengurangi jumlah tentara mereka, hingga kemudian muncullah istilah ronin yaitu samurai pengangguran yang menjadi masalah sosial di jepang saat itu.
Comodor Matthew Perry, orang berhasil membuka isolasi dagang jepang |
Namun Ketenangan era Tokugawa hancur dengan kedatangan kapal uap besar Angkatan Laut AS yang dipimpin Komodor Matthew Perry pada tahun 1853. Perry menggunakan senjata apinya untuk memaksa Jepang membuka perbatasannya untuk berdagang. Sebelum itu hanya beberapa kota-kota pelabuhan di bawah kontrol yang ketat dari Shogun yang diizinkan untuk berpartisipasi dalam perdagangan dengan Barat, dan hal ini membuat jepang bersentuhan dengan budaya luar tertama barat secara lebih terbuka dan adaptasi teknologi pun bayajk terjadi termasuk teknologi militer, hingga kemudian orang jepang pun mengenal senapan kopak yaitu senapan laras panjang kuno yang pada gilirannya merupakan penyumbang utama kejatuhan samurai klasik.
Bersambung................
Demikianlah Artikel Sejarah Para samurai (Bagian 1), isaku-ikisu
Sekianlah artikel Sejarah Para samurai (Bagian 1), isaku-ikisu kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Sejarah Para samurai (Bagian 1), isaku-ikisu dengan alamat link https://isaku-ikisu.blogspot.com/2016/01/sejarah-para-samurai-bagian-1-isaku.html
0 Response to "Sejarah Para samurai (Bagian 1), isaku-ikisu "
Post a Comment